My Ekspression

My Ekspression
Talk Less Do More

Jumat, 22 Mei 2009

Proses Pembelajaran di Kelas (Sebuah Realita)

Proses Pembelajaran di Kelas (Sebuah Realita)


Oleh
Ni Made Suciani


Memasuki minggu pertama hari efektif sekolah, para siswa baik siswa lama maupun baru di sebuah sekolah akan banyak bertemu dengan hal-hal baru seperti guru baru, pelajaran baru, buku baru dan lain sebagainya. Banyak di antara mereka berharap bahwa guru baru yang mengajar mereka memiliki cara mengajar yang menyenangkan, sehingga mereka menjadi senang dengan pelajaran tersebut. Banyak sekali harapan-harapan mereka ketika baru pertama kali memasuki masa belajar, terutama bagi siswa yang memiliki minat tinggi dalam belajar. Tetapi di balik semua itu pernahkah sekolah memikirkan hal-hal seperti itu? Karena sesungguhnya bagaimanapun promosi terhadap sebuah sekolah, tidak akan ada artinya selama proses belajar mengajar tidak mampu menciptakan suasana yang menyenangkan bagi siswa. Seperti misalnya ketika KBK dimunculkan para guru memberikan tugas kepada siswa untuk belajar sendiri melalui buku yang telah diberikan dengan cara meringkas, tetapi setelah usaha yang dilakukan siswa tersebut dengan susah payah tidak mendapat umpan balik dari gurunya. Lama kelamaan siswa menjadi bosan belajar, sehingga dapat menimbulkan frustasi anak dalam belajar. Terkadang ada juga guru yang menceramahi siswanya dari awal sampai akhir tanpa memberikan kesempatan siswa untuk mengembangkan ide dan kemampuan siswa itu sendiri.
Penjaminan kualitas sebuah sekolah sangat ditentukan oleh bagaimana proses belajar mengajar yang terjadi didalamnya. Tetapi hal ini tidak pernah disadari oleh masyarakat pada umumnya. Mereka hanya melihat sebuah sekolah dari sisi input dan outputnya. Jika sebuah sekolah mampu mendapatkan siswa yang kemampuan akademisnya menengah ke atas, serta menghasilkan anak-anak yang memiliki Nilai Ujian Nasional di atas rata-rata maka mereka akan menilai bahwa sekolah tersebut berkualitas. Ibarat sebuah perusahaan yang memilah-milah produknya sebelum dipasarkan antara yang cacat dan yang bagus, perusahaan tersebut mempertahankan mutunya dengan melihat produknya. Tetapi pekerjaan seperti itu sangat sedikit kontribusinya terhadap peningkatan kualitas perusahaannya, karena hanya dengan menyortir produknya di samping memakan waktu dan biaya yang tidak sedikit, kegiatan itu tidak banyak berpengaruh terhadap peningkatan kualitas perusahaan.
Begitu pula dalam dunia pendidikan di sekolah. Apapun kemasan kurikulumnya, sesungguhnya yang menjadi pusat keinginan pemerintah adalah ingin meningkatkan proses pembelajaran di kelas. Seperti halnya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sekarang ini yang sesungguhnya merupakan embrio dari Kurikulum Berbasis Kompetensi. Salah satu tujuannya adalah bagaimana sebuah konsep dari suatu materi pelajaran dapat diajarkan kepada siswa, agar siswa kompeten terhadap konsep dan materi tersebut. Salah satu cara sederhana untuk melihat apakah siswa sudah kompeten dengan apa yang diajarkan oleh guru atau tidak adalah dengan melihat siswa mampu menjawab pertanyaan tentang materi yang diajarkan ketika berselang waktu sebulan, setahun bahkan sampai bertahun-tahun. Maka siswa dapat dikatakan kompeten. Hal ini hanya akan dapat tercapai jika siswa diberikan proses pembelajaran yang tepat yaitu mulai dari penanaman konsep yang baik sampai dengan pembinaan keterampilan yang optimal.
Hal inilah yang perlu mendapat perhatian khusus dari sekolah, jika ingin meningkatkan kualitas sekolahnya. Dari tingkat manajemen, sekolah seharusnya memperhatikan aktivitas apa yang seharusnya dilakukan oleh guru dalam mempersiapkan proses pembelajaran di kelas. Hal ini biasanya dapat dilihat pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh gurunya di mana di dalamnya terdapat langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pada kegiatan awal ini seharusnya guru melakukan penggalian informasi terhadap pengatahuan yang dimiliki oleh siswa terhadap materi yang akan dipelajari. Selain itu yang terpenting adalah guru mampu membuka alam fikiran siswa untuk masuk ke materi dengan memberikan cerita atau contoh-contoh kejadian nyata yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang merupakan manfaat dari belajar tentang materi yang akan dibahas. Dengan demikian muncul ketertarikan siswa dalam belajar. Pada kegiatan inti, seharusnya dibuat scenario bagaimana pengalaman belajar siswa yang akan diperoleh di kelas, sehingga pengalaman itu akan melekat selama hidupnya yang menyebabkan ia kompeten terhadap materi yang diajarkan oleh guru. Sedangkan pada kegiatan akhir harus dilakukan penarikan kesimpulan bersama-sama serta tanya jawab untuk meyakinkan apakah materi yang sudah diajarkan dapat dikuasai oleh siswa atau belum. Sebenarnya ketiga kegiatan ini sudah tidak asing lagi bagi para guru, tetapi dalam pelaksanannya masih jarang guru mempraktekkannya. Sehingga itu hanya menjadi sebuah teori belaka. Oleh karena itu bagaimana siswa dapat kompeten terhadap materi yang diberikan, karena guru sendiri dalam menjalankan aktivitasnya hanya sebatas teori saja. Guru banyak yang tidak mengaktualkan segala teori dan strategi dari proses belajar mengajar yang telah diketahuinya.
Selain itu sekolah juga harus memberi perhatian dan memfasilitasi guru dalam pengadaan media atau alat peraga yang mereka butuhkan dalam mengajar sesuai dengan skenario yang dibuat di dalam kelas. Di samping itu sekolah hendaknya memberikan penghargaan secara finansial kepada guru yang telah berbuat demikian, karena ini akan memberikan dampak positif kepada guru-guru yang lain. Seperti penulis amati di Malaysia, sebelum pembelajaran dimulai di sebuah TK, ketika para murid belum datang, sudah ada dua orang guru di dalam kelas yang sedang mempersiapkan alat/media pembelajaran dan mendesain ruangan sesuai materi yang akan diajarkan. Dan kegiatan ini berlangsung setiap hari, jadi bukan karena kebetulan. Nah, kapankah hal itu akan terjadi di negara kita, sehingga kita akan mampu mengejar ketinggalan dalam pendidikan dibandingkan dengan negara yang pernah menjadi murid dari negara kita?
Pada tingkat akademis kepala sekolah seharusnya melakukan supervisi kepada gurunya dalam proses pembelajaran di kelas. Sudah tentu supervisi ini harus disosialisasikan sebelumnya kepada para guru agar guru dapat memahami bahwa supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah adalah tujuannya untuk memperbaiki proses pembelajaran. Karena bagaimana proses belajar mengajar dapat ditingkatkan kualitasnya apabila tidak pernah dilakukan supervisi terhadapnya. Apabila kepala sekolah karena kesibukannya tidak dapat melaksanakan tugas tersebut, sebaiknya dibentuk tim di sekolah atau kelompok guru serumpun yang saling dapat mensupervisi temannya. Fenomena yang terjadi sekarang ini adalah pada umumnya guru tidak suka diamati kalau sedang mengajar, karena mereka menganggap sedang dimata-matai. Padahal inilah sebuah proses untuk dapat dilakukan penjaminan terhadap mutu pendidikan di sebuah sekolah. Untuk tingkat sekolah yang seharusnya melakukan supervisi adalah pengawas sekolah. Sepatutnya Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota memberdayakan para pengawas agar melakukan tugasnya secara optimal sehingga tercipta iklim yang saling mendukung dalam mewujudkan kualitas pembelajaran.


Penulis
Ni Made Suciani
Widyaiswara LPMP Bali

http://sucianimade.blogspot.com/2009/02/artikel-proses-pembelajaran-di-kelas.html

1 komentar:

Unknown mengatakan...

The King Casino Online
You https://vannienailor4166blog.blogspot.com/ can play at The King Casino with https://septcasino.com/review/merit-casino/ over 3,000 free spins, This casino https://febcasino.com/review/merit-casino/ game is the perfect fit for both deccasino entertaining players and high-quality online https://septcasino.com/review/merit-casino/ casino players.