My Ekspression

My Ekspression
Talk Less Do More

Minggu, 10 Mei 2009

PERBANDINGAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DENGAN MANAJEMEN BERBASI MADRASAH

PERBANDINGAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DENGAN MANAJEMEN BERBASI MADRASAH

Posted February 14th, 2009 by exsa

A. MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
1. The Brief Sense Of The School
Sekolah adalah salah satu dari Tripusat pendidikan yang dituntut untuk mampu menjadikan output yang unggul, mengutib pendapat Gorton tentang sekolah ia mengemukakan, bahwa sekolah adalah suatu sistem organisasi, dimana terdapat seumlah orang yang bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan sekla yang dikenal sebagai tujuan instruksional. Desain organisasi sekola adalah di dalamnya terdapat tim administrasi seikolah yang terdiri dari seikelompok orang yang bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan oranisasi. Tujuan utama tim administrasi adalah untuk mengembangkan rosedur kebijakan sekolah, memecahkan masalah-masalah umum, memanfaatkan semua potensi individu yang tergabung dalam tim tersebut. Sehingga sekolah selain dapat mencetak orang yang cerdas serta emosional tinggi, juga dapat mempersiapkan tenaga-tenaga pembangunan.
Oleh karena itu perlu diketahui pandangan filosofis tentang hakekat sekolah dan masyarakat dalam kehidupan kita. sekolah adalah bagian yang integral dari masyarakat, ia bukan merupakan lembaga yang terpisah dari masyarakat, hak hidup dan kelangsungan hidup sekolah bergantung pada masyarakat, sekolah adlah lembaga social yang berfungsi untuk melayani anggota2 masyarakat dalam bidang pendidikan, kemajuan sekolah dan masyarkat saling berkolerasi, keduanya saling membutuhkan, Masyarakat adalah pemilik sekolah, sekolah ada karena masyarakat memerlukannya.
Sekolah sebagai satuan pendidikan terdepan dalam mendidik para siswanya memerlukan pengelolaan yang professional sesuai fungsi tugasnya. Adapun fungsi tugas sekola yang utama adalah mengelola dan menyelenggarakan sekolah dengan langkah-langkah: menyusun rencana dan melaksanakan program sekoklah, mengacu pada anggaran yang tersedia dan yang mengkin dapat disediakan, mengkoorinasikan dan meserasikan sumber daya sekolah terhadap program sekola, melaksanakan manajemen sekolan secara efektif dan efisien, melaksanakan pengawasan (supervisi) dan pembimbingan dalam manajemen sekolah, melakukan evaluasi pencapaian target sekolah, menysun laporan sekolah dan mempertanggungjawabkan penyelenggaraan sekolah secara periodik. Sekolah tidak dapat beralan sendiri dalam upaya meningkatkan mutu, efisiensi, pemerataan pendidikan dan kemandirian sekolah. BPPN bank Dunia mengemukakan bahwa kondisi politik atau kebijakan pemerintah dalam hal manajemen organisasi maupun kepemimpinan proses belajar mengaar, sumber daya menusia dan administrasi sekola merupakan seumlah komponen MBS yang perlu diperhatikan dalam kontek persekolahan di Indonesia
Itulah sekilas tentang sekolah yang tentunya harus kita perhatikan karena salah satu titik tumpu bangsa berada di sekolah yang wujud eksistensinya sebagai factor determinan.
2. Mengenal Manajemen Pendidikan
Manajemen adalah suatu proses/ kerangka kerja yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata . Dan mempunyai 5 fungsi yang fundamental yaitu :
- Planning: menentukan tujuan-tujuan yang akan di capai.
- Organizing: mengelompokkan dan menentukan berbagai kegiatan penting dan memberikan kekuasaanuntuk melaksanakan kegiatan itu.
- Staffing: menentukan keperluan-keperluan SDM, pengerahan, penyaringan, latihan dan pengembangan tenaga.
- Motivating: mengarahkan atau menyalurkan perilaku manusia kearah tujuan-tujuan.
- Controlling: mengukur pelaksanaan dengan tujuan-tujuan menentukan sebab-sebab penyimpangan2 dan dan mengambil tindakan2 korektif dimana perlu.
Dilihat dari sega pengertian Manajemen pendidikan mempunyai beberapa tafsiran yang saling mendukung satu sama lain.
Pertama, yaitu kerja sama untuk mencapai tujuan pendidikan. Dimana tujuan tersebu merentang dari yang sederhana samapi yang kompleks, jika tujuan tersesb0ut sangat kompleks, seringkli tujuan tersebut tidak dapat dicapai oleh satu orang melainkan harus kerjasama dengan orang lain. Seperti kerja sama antara kepala seklah, guru, staf, murid atau bahkan dengan masyarakat.
Kedua, adalah proses untuk mencapai tujuan pendidikan yang dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemantauan, dan penilaian.
Ketiga, manajemen pendidikan dengan kerangka berfikir system, seperti input kemudian dilanjutkan dengan manajemen pendidikan yang terdiri dari proses belajar, guru, guru, lingkungan, murid, sarana dan prasarana, organisasi sekeolah, dan hasilnya adalah output. Itu adalah komponen2 yang harus kita ketahui kelemahannya untuk diperbaiki agar menghasilnya output ynag diharapkan.
Keempat,manajemen pendidikan dilihat dari segi efektivitas pemanfaatan sumber, yaitu sumber manusia, sarana dan prasarana, serta waktu. Itu semua harus dikelola sebaik-baiknya.
Kelima, manajemen pendidikan dilihat dari segi kepemimpinan, yaitu bagaiman seorang administrator pendidikan dapat melaksanakan prinsip “tut wuri handayani, ing madyo mangun karso, dan ing ngarso sung tolodo”, atau dengan perkataan lain bagaimana ia menggerakkan orang lain yang tntunya harus memakai prinsip kepemimpinan yang baik.
Keenam, juga dapat dilihat dari proses pengambilan keputusan. Untuk mengatasi sebuah masalah dibutuhkan kemampuan mengambil keputusan, yaitu memilih kemungkinan tindakan terbaik dari sejumlah kemungkinan2 tindakan yang dilakukan.
Ketujuh,juga dapat dilihat dari segi komunikasi.
Kedelapan, pengertian sempit, yaitu: kegiatan ketatausahaan yang ininya adalah kegiatan rutin catat-mencatat, mendokumentasikan kegiatan, menyelenggarakan surat-menyurat dengn segala aspeknya. Sebenarnya tidak selalu salah, karena setiap aspek kegiatan administrasi dengna pengertian diatas selalu memerlukan kegiatan pencatatan. Tapi perlu diingat kegiatan tata usaha itu tidak seluruhnya menerminkan pengertian manajemen dalam arti seperti yang dipaparkan pada butir 1-7 barusan.
Selain daripada itu beberapa pengertian Manajemen Pendidikan secara explicit adalah sebagai berikut:
- Manajemen pendidikan merupakan bentuk kerja sama personel pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan itu. Tujuan umum berupa pembentukan kepribadian murid sesuai dengan tujuan Sisdiknas dan tingkat perkembangannya pada usia pendidikan. Tujuan ini dapat dijabarkan kedalam tujuan lain yaitu: tujuan kurikuler, TIK, TIU.
- Merupakan suatu proses yang merupakan daur (siklus) penyelenggaraan pendidikan dimulai dari perencanaan, diikuti oleh pengorganisasian, pengarahan, pelaksanaan, pemantauan, dan penilaian tentang usaha sekolah untuk mencapai tujuannya.
- Meruupakan usaha sekolah umtuk melakukan pengelolaan system pendidikan.
- Merupakan kegiatan memimpin, mengambil keputusan serta komunikasi dalam organisasi sekolah sbagai usaha ntuk mencapai tujuan pendidikan.
Walapun pengertian Manajemen Pendidikansangat bermacam-macam, yang jelas Manajemen Pendidikan terdiri dari, Manajemen kurikulum, Murid, personal sekolah, tata laksana sekolah, sarana pendidikan, dan keuangan sekolah. Itulah tadi hal yang sangat krusial dalam manajemen pendidikan.
3. MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS)
a. Pengertian MBS
Depdiknas merumuskan pengertian MBS sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipasif yang melibatkan secara langsung warga seklah ( Guru, siswa, kepala sekolah, karyawan, orang tua, dan masyaraka) untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakna pemerintah nasional.
Menurut tim Bappenas dan Bank Dunia yang dikutib oleh Drs. B Suryobroto, MBS merupakan bentuk alternative pengelolaan sekolah dalam program desentralisasi bidang pndidikan, yang ditandai adanya otonomi luas di tingkat sekolah, partisipasi masyarkat yng tinggi, dan dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional (tim Bapenas& Bank Dunia, 1999: 10)
Selain beberapa pengeritan di atas, masih terdapat beberapa definisi tentang manajemen berbasis sekolah yang dapat dijadikan acuan, antara lain:
"school based management can be viewed conceptually as a formal alternation of governments structures, as a form of decentralization that identifies the individual school as the primary unit of improvement and relies on the redistribution of decision-making authority as the primary means through which improvement might be stimulated and sustained"
definisi lain dari candoli yang mengatakan :
"school based management is way for forcing individual school to take reponsinility for what happens to children under their jurisdiction and attending their school. The concept suggests that, when individual schools are changed with the total development of educational programmes aimed at serving the needs of the children in attandance at the particular school, the school personal will develop more cogent programmes because they know the students and their needs.''
Selain daripada itu kita dapat juga mengartikan sebagai Strategi pengelolaan pendidikan yang mengedepankan kerja sama antara berbagai pihak dan lebih di kenal dengan istilah The collaborative school management yang pada perkembangan selanjutnya menjadi model pengelolaan sekolah yang dinamakan School based management (MBS).
b. Latar Belakang Implementasi MBS Di Indonesia
2 faktor yang dapat menjelaskan mengpa upaya perbaikan mutu pendidkan selama ini kurang atau tidak berhasil. Pertama, strategi pembangunan selama ini lebih bersigat input oriented. Dimana lebih bersandar pada asumsi bahwa bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti penydiaan buku-buku, alat belajar yang lain, penyediaan sarana pendidikan, pelatihan guru, dan tenaga kependidikan lainnya, maka secara otomatis lembaga pendidikan dapat menghasilnya output yang bermutu sebagaimana diharapkan, dan ternyata strategi ini tidak berfungsi seluruhnya yaitu dengan melihat hasil output sekolah yang memprihatinkan. Kedua, pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro-oriented, diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat, sehingga aspirasi masyararakt terhadap pendidikan sering terabaikan.
c. Tujuan MBS
Adapun tujuan dan maksud implementasi MBS adalah untuk :
- Mensosialisasikan konsep dasar manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah khususnya kepada masyarakat.
- Memperoleh masukan agar konsep ini dapat diimplementasikan dengan mudah dan sesuai dengan kondisi lingkungan Indonesia yang memiliki keragaman cultural, sosio ekonomi masyarakat dan kompleksitas geografinya.
- Menambah wawasan pengetahuan masyarakat khususnya masyarakat sekolah dan individu yang peduli terhadap pendidikan, khususnya peningkatan mutu pendidikan.
- Memotivasi masyarakat sekolah untuk terlibat dan berpikir mengenai peningkatan mutu pendidikan/ pada sekolah masing-masing.
- Menggalang kesadaran masyarakat sekolah untuk ikut serta secara aktif dan dinamis dalam mensukseskan peningkatan mutu pendidikan.
- Memotivasi timbulnya pemikira-pemikiran baru dalam mensukseskan pembanguan pendidikan dari individu dan masyarakat yang peduli terhadap pendidikan khususnya masyarakat sekolah yang berada di gars paling depan dalam proses pembangunan tersebut.
- Menggalang kesadaran bahwa peningkatan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab semua komponen masyarakat, dengan focus peningkatan mutu yang berkelanjutan pada tataran sekolah.
- Mempertajam wawasan bahwa mutu pendidikan pada tiap sekolah harus dirumuskan dengan jelas dan dengan target mutu yang harus dicapai setiap tahun, 5 tahun dan seterusnya sehingga tercapai misi sekolah ke depan.
Jadi sudah jelas bahwa Secara politis manajemen berbasis sekolah merupakan muara dari semua kebijakan di bidang pendidikan akan tergambar di sekolah, sebab sekolah merupakan jaringan terakhir dari rangkaian birokrasi pendidikan. MBS juga sebagai bentuk operasionalisasi dari kebijakan desentralisasi atau otonomi pendidikan dalam hubungannya dengan otonomi daerah. Secara teoritis MBS juga merupakan suatu konsep yang menawarkan suatu otonomi kepada sekolah dalam rangka meningkatkan mutu, efisiensi dan pemerataan pendidikan agar dapat mengakomodir kepentingan masyarakat setempat serta menjalin kerja sama yang erat antara sekolah, masyarakat dan pemerintah. Secara operasional MBS merupakan gagasan yang menempatkan kewenangan pengelolaan sekolah dalam suatu keutuhan entitas system.
Berdasarkan beberapa paparan tentang manajemen berbasis sekolah seperti diatas, dapat dimengerti bhwa mutiara dari semua kebiakan di bidang pendidikan akan tergambar disekolah, sebab sekolah merupakan jaringan tekir dari rangkaian birokrasi pendidikan. Maka, hidup atau matinya suatu program,, akan ditntukan oleh sejauh semana sekolah mampu mengelola dan melaksanakan semua program kependidikan. Oleh sebab itu , manajemen berbasis sekolah menadi sangat strategis dilaksanakan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan pendidikan.
Dengan manajemen berbasis sekolah ini, kepala sekolah, guru dan peserta didik mendapatkan peluang untuk melakukan inovasi dan improvisasi di sekolah berkaitan dengan masalah kurikulum, pembelajaran, manaerial dan lain-lain. Jadi, otonomi pendidikan merupakan hal yang esensial bagi terciptanya kebebasan akademik.
Dengan demikian, manajemen berbasis sekolah dikatakan sebagai bentuk oprasionalisasi desentralisasi atau otonomi pendidikan dalam hubungannya dengan otonomi daerah.
d. Model Manajemen Berbasisi Sekolah
Asumsi Dasar.
MBS adalah bentuk alternative seolah sebagai hasil dari desenralisasi dalam bidng pendidikan. Pada prinsipnnya bertumpu pada sekolah dan masyarakt serta jauh dari birokrasi yang sentralistik. Hal ini sangat berpotensi meningkatkan partisipsai masyarakat, pemerataan, efisiensi, serta manajemen yanga bertumpu di tingkat sekolah.
MBS menuntut komitmen semua unsure terkait ( personel sekolah, orang tua, murid, dan masyarakat yang lebih luas) dalam mengambil keputusan2 tentang pendidikan di sekolahnya. Yang dalam artian itu semua adalah organ tubuh yang saling membutuhkan satu sama lain.
Dalam MBS delegasi tanggung jawab dan wewenang akan berbeda antara satu sekolah dengan sekolah lainnya. Dengan alasan bahwa MBS menawarkan kebebasan yang harus dipikul oleh sekolah. Dengan berupa terjaminnya partisipasi masyarakt, pemerataan, efektivitas, serta manajemen yang bertumpu di tingkat sekolah. Dan sekolah tidak memiliki kapasitas untuk berjalan sendiri tanpa menghiraukan kebijakan prioritas dan standarisasi yang dirmuskan oleh pemerintah, karena sekolah sendiri berada dalam naungan system pendidikan nasional.
Model MBS di Indonesia.
Dalam MBS, kepala sekolah dan guru memilii kebebasan yang luas dalam mengelola seklah tanpa mengabaikan kebijakan dan prioritas dari pemerintah. Lingkup srategi yang dapat ditawarkan adalah: (!) kurikulum yang bersifat inklusif (2) proses belajar mengajar yang efektif (3) lingkungan seklah yang mendukung (4) sumber daya yang berasas pemerataan (5)standarisasi dalam hal tertentu, monitoring, evaluasi, dan tes. Kelima strategi tersebut harus menyatu dalam 4 lingkup fungsi pengelolaan sekolah: (1) manajemen/organisasi/ kepemimpinan. (2) proses belajar-mengajar. (3) sumber daya manusia, (4) administrasi sekolah.
Berdasarkan keadaan persekolahan di Indonesia yakni yang maju, sedang, dan kurang. Maka ada beberapa macam sekolah yang dpat mengimplementasikan MBS, ada yang secara penuh , sedang, dan sangat minimal.
Tipe sekolah Pemilihan kepsek dan guru Bentuk partisipasi masyarakat Lokasi/ kemampuan daerah dan orang tua Kemampuan menghimpun danan Syarat NEM
Penuh dipilih karena memiliki ketrampilan partisipasi masyarakat besar dan dana Pendapatan daerah tinggi dana tak tergantung dari pemerintah melainkan dari masyarakat Tinggi
menengah Dipilih karena memiliki ketrampilan partisipasi masyarakat besar dan dana Pendapatan daerah sedang Tergantung pada dana pemerintah Sedang
minimal Dipilih karena memiliki ketrampilan Partisipasi masyarakat kurang Pendapatan daerah rendah Sangat tergantung pada dana pemerinah Rendah
Manajemen PBM SDM Sumber daya dan administrasi
Menyediakan manajemen/ organisasi kepemimpinan sekolah Meningkatkan mutu belajar siswa Menyebarkan staf dan menempatkan personel yang dapat memenuhi kebutuhan semua siswa Mengidentifikasi dan mengalokasikan sumber daya sesuai dengan kebutuhan.
Menyusun rencana sekolah dan merumuskan kebijakan Menyusun kurikulum yang cocok dan tanggap terhadap kebutuhan para siswa Memilih staf yang memiliki wawasan MBS Mengelola alokasi dana sekolah
Mengelola operasional sekolah Menawarkan pengajaran yang efektif Menyediakan kegiatan untuk pengembangan profesi pada smua staf Menyediakan dukungan administrative
Menjamin adanya komunikasi yang efektif antara sekolah dan masyarakat terkait Menyediakan program pengembangan pribadi siswa Menjamin kesejahteraan staf dan siswa Mengelola pemeliharaan gedung dan sarana lainnya.
Menodorong partisipasi masyarkat Mengatur pembahasan tentang kinerja sekolah
Menjamin terpeliharanya sekolah yang akuntabel
B. MANAJEMEN BERBASIS PESANTREN (MBP)
Pengertian Pesantren.
Pesantren merupakan produk indigenous Indonesia yang memiliki nilai lebih dari sekedar sumber keilmuan bahkan menjadi agent of change selain dari pada itu terdapat beberapa hal yang bersifat secret yang sangat perlu kita pelajari.
Menurut Yacub,pesantren berarti lembaga pendidikan Islam yang umumnya dengan cara non-klasikal, pengajarnya seorang ang mempunyai ilmu agama Islam, melalui kitab-kitab agama islam klasik( kitab kuning) dengan tulisan Arab dalam basa melayu kuno atau dalam bahasa Arab. Kitab-kitab itu biasanya hasil daripada karangan ulama’ Islam (Arab) dalam Zaman pertengahan.
Zamakhsari Dhofier menyebutkan pesantren itu terdiri dari lima unsur pokok yaitu: Kiai, santri, masjid, pondok, dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik.
Menurut KH. Imam Zarkasyi : pondok pesantrensebagai lembaga pendidikan Islam dengan system asrama atau pondok, dimana kiai sebagai figure sentralnya, masjid sebagai pusat kegiatan yang menjiwainya, dan pengajaran agama Islam dibawahbimbingan kiai yang diikuti santri sebagai kegiatan utamanya. (Zarkasyi, Pekan perkenalan, bagian II)
Pengertian pondok pesantren versi KH. Imam Zarkasyi lebih komprehensif, karena mempunyai beberapa kelebihan daripada definisi yang lain, yakni:
- Pesantren harus berbetuk asrama (full residential Islamic Boarding School)
- Fungsi kiai sebagai centre figure, yang berperan sebagai Guru, pendidik, dan pembimbing.
- Masjid sebagai pusat kegiatan
- Materi yang diajarkan tidak sebatas kitab kuning saja.
The brief history of Pesantren
Dillihat dari asal- usulnya, pesantren memelikia asal tradisi yang cukup kuat dilingkungan asyarakt Indonesia, sebab pesantren merupakan salah satu symbol budaya pendidikan asli Indonesia. Secara historis system pendidikan pesantren memang berakar pada masa tradisi pendidikan keagamaan semasa agama Hindu Budha berkembang di Indonesia. Sejak awal abad ke-13, Islamisasi yang berlangusng di nusantra telah menstranformasikan budaya pendidikan tersebut menjadi pondok pesantren. Dalam hal ini islamisasi nusantra memberikan muatan pemaknaan baru versi Islam terhadap system pendidikan keagamaan Hindu dan Budha tersebut. Itulah sebabnya dari segi nama,Pesantren” menurut C.C Berg Seperti dikutib oleh Dhofier, seringkali dikaitkan dala bahasa India “Shastri” yang berarti orang yang mengetahui buku-buku suci agama Hindu atau orang yang ahli dalam kitab-kitab suci.
Istilah santri juga sering dikaitkan dengan kata “Sattiri” dala bahasa Tamil yang artinya” orang yang tinggal diruamah miskin atau bangunan keagamaan secara umum.
Transformasi pendidikan islam yang di dalamnya termasuk pesantren, bermula dari perluasan kesempatan belajar bagi penduduk pribumi yang terjadi pada akhir abad ke -19M. pada waktu itu, pemerintah Hindia Belanda memberikan fasilitas pendidikan dengan siste perjenngan. Pertama, dikenal dengan istilah volkschoolen, artinya sekolah rakyat (sekolah desa), dengan masa belajar 3tahun. Jenjanag ini setingkat dengan sekolah dasar yang kemudian masa belajarnya ditambah 2 tahun. Sekolah tersebut dikenal dengan istilah vervolgscho( sekolah perjenjangan yang selenggarakan di kota distrik atau kabupaten). Kedua, sekolah menengah pertama atau Meer Uitgebreid Lager Onderwijijs (MULO). Ketiga, sekolah lanjutan tingkat atas atau Algemene middelbare schoolen(AMS).
Macam-Macam dan ciri-ciri Pesantren
Setiap pesantren mempunyai karakteristik yang berbeda-beda berikut adalah beberapa tipologi pesantren
- pesantren traditional (salaf) dan pesantren modern (khalaf)
dikatakan salaf karena sistem pengajarannya masih menggunakan wetonan, bandongan, dan sorogan, tanpa kelas dan batas umur.
Dan dikatakan modern karena: sistem pengajarannya sudah menggunakan sistem kelas, kurikulum, dan batas umur.
- Pesantren dengan pendidikan formal (jalur sekola), jalur luar sekolah, dan jalur pra sekolah. Jalur sekolah yaitu, menggunakan kurikulum dari Depag dan Depdikbud, alur luar sekolah yaitu, madrasah Diniyah, jalur pra sekolah yaitu, jalur RA/ TK.
- Pondok pesantren dibedakan berdasarkan jumlah santrinya. Disebut pesantren besar jika jumlah santrinya 5000, sedangkan pesantren yang sedang jika jumlah santri berkisar antara 3000- 5000 santri, sedangkan yang dibawah 1000 biasanya disebut pesantren kecil.
- Pondok pesantren berafiliasi dan tidak berafiliasi dengan organisasi masa Islam tertentu. Seperti Rabithoh ma’had al-Islam (RMI), Muhammadiyah, Persis, dan lain-lain.
- Pondok pesantren yang manampung santri mukim dan santri kalong. Santri mukim adalah orang yang bertempat tinggal dan belajar di asrama pondok. Sedangkan santri kalong adalah orang yang mukim di pondok tetapi belajar di sekolah umum.
- Pondok pesantren pedesaan dan perkotaan (letak).
Dra. Hj. Nur Uhbiyati juga mengemukakan Pondok pesantren dapat dikalisifikasikan menjadi 2 macam :
- pondok pesantren yang mempertahnkan sistem pendidikan dalam bentuk aslinya. Pondok seperti ini tidak memiliki tingkat sebagaimana yang kita kenal di sekolah. Kelas atau kelompok yang ada yaitu penggolongan kepada ilmu yang dipelaari seperti kelompok pengajian tafsir, fiqh, nahwu, shorf dan sebagainya.
- Pondok pesantren yang menyesuaiakan tuntutan zaman dan perkembangan kemajuan di lapangan pendidikan. Pondok ini menyelenggarakan sistem madrasah dalam mendidikan santri-santrinya, disamping pengajian kitab sebagaimana dilakukan pondok pesantren tipe pertama. Karena itu di sini ada perjenjangan belaar santri sebagai berikut:
MI, MTs, dan MA. Namun tipe pertama dan kedua masih mempunyai ciri-ciri yang sama, yaitu:
Ada kiai yang mendidik
Ada santri
Ada masjid
Ada asrama santri.
(Sekilas Pesantren di Indonsia )Pesantren dan Modernisasi Pendidikan Islam
Pesantren mengalami perubahan serta perkembangan yang berarti, diantaranya perubahan-perubahan itu paling penting menyangkut penyelenggaraan pendidikan. Banyak pesantren yang mengadopsi sistem pendidikan formal seperti yang di selenggarakan pemerintah. Dan pada umumnya masih pada jalur pendidikan Islam, yaitu: MD, MI, MTs, MA.Juga ada pesantren yang dikelola oleh Depdikbud, yaitu SD, SMP, dan SMU. (hal. 148(
Semua perubahan itu sama sekali tidak mencerabut pesantren dari peran tradisionalnya sebagai lembaga yang bergerak di bidang pendidikan Islam. Terutama dalam lpengertiannya sebagai lembga “Tafaqquh fi-addin”. Tetapi hal tersebut semakin memperkaya sekaligus mendukung upaya transmisi khazanah pengetahuan Islam tradisional sebagaimana dimuat dalam kitab kuning, dan melebarkan angkauan pelayanan pesantren terhadap tuntunan dan kebutuhan masyarakat, terutama di bidang pendidikan formal dengan kata lain, proses perubahan seperti dielaskan di atas adlah salah satu bentuk modernisasi pesantren, baik sebagai lembaga pendidikan maupun lembaga sosial. (hal.....)
Dua Karakter Budaya Pendidikan Pesantren
Pesantren tetap eksis dan mamapu mengimbangi segala bentuk perubahan sosial sebab:
- adanya karakter budaya yang menybabkan santrinya belajar secara tuntas, atau dalam konsep modern sama dengan “mastery learning”. Dalam hal ini, pendidikan dilakukan tidak terbatas pada pola transfer ilmu-ilmu pengetauan dari guru ke murid, merupakan aspek pembentukan kepribadian secara menyeluruh.
Transfer pengetauan di pesantren tidak dibatasi oleh terget waktu penyelesaian kurikulum sebagaimana telah dirinci di dalam garis-garis besar program pendidikan (GBPP), melainkanlebih menekankan penguasaan detail-detail konsep secara tuntas tanpa batasan waktu. Yang diperhatikan dalam materi bukan kuantitas melainkan adalah kualitas.
Adapun metode pengajaran di pesantren adalah sebagai berikut:
Bandongan: metode yang mendrong santri agar lebih mandiri. Yaitu: kiai membaca kitab dan menerjemahkanya dan menjelaskan secara singkat. Pada saat yang sama santri mendengarkan dan ikut membaca kitab tersebut sambil buat catatan kecil di atas kitab yang dibacanya.
Sorogan: metode pendidikan yang tidak hanya dilakukan oleh santri bersama kiai/ ustadz, melainkan dengan santri yang lainnnya.
- karakter ke dua adalah kuatnya partisipasi masyarakat pada dasarnya pendirian pesantren di Indonesia, didorong oleh demand and need masyarakt sendiri.
Manajemen Berbasisis Pesantren (MBP)
Pengalaman public school yang menerapkan system MBS di Mesir, Selandia Baru, California, Victoria, Canada memperlihatkan bahwa karakter kepemimpinan sangat penting dalam menentukan model manajemen berbasis sekolah (MBS). Hal tersebut karena seorang pemimpin bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan program-program administrasi dan peningkatan mutu sekolah agar lebih berkualitas dan efektif.
Penulis akan mengambil sampel dari Manajemen Berbasisi Pesantren ala pondok modern Gontor, yang sarat dengan pembaharuan yang mencakup beberapa aspek kependidikan untuk menjadi baik.
Pertama, pembaharuan dalam aspek kelembagaan, manajemen, dan organisasi pesantren. Gontor mempunyai badan wakaf yang mana Kiai sebagai mandataris yang bertanggung jawab terhadap badan wakaf, maka yang berhak menentukan seorang kiai adalah badan wakaf dengan consensus bersama. Untuk itu badan wakaf mempunyai lima program yang berkenaan dengan pendidikan dan pengajaran, bidang peralatan dan pergedungan, bidang perwakafan dan sumber dana, bidang kaderisasi, serta bidang kesejahteraan . Dengan struktur demikian maka kiai dan tidak keluarga tidak berhak terhadap hak material apapun dari gontor. Urusan keuangn menjadi tanggung jawab petugas kantor tata usaha yang terdiri dari beberapa orang santri senior dn guru yang secara periodic bias diganti. Dengan demikian, pengaturan jalannya organisasi pendidikan menjadi dinamis, terbuka, dan objektif.
Kedua, pembahruan dalam bidang kurikulum. Materi yang diajarkan di Gontor merepresentasikan kurikulum yang ada. Yaitu antara revealed knowledge and acquired knowledge
Ketiga, pembaharuan metode dan system pendidikan. Yaitu, mengautr system pendidikan klasikal yang terpimpin secara terorganisir dalam bentuk kepanjangan kepanjangan kelas dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Hal ini ditempuh dalam rangka menerapkan efisiensi dalam pengajaran, dengan harapan bahwa dengan biaya dan waktu yang relative sedikit dapat menghasilkan produk yang besar dan bermutu.
System asrama ini juga mendukung terciptanya keterpaduan tripusat pendidikan, karena semua aktifitas santri yang dilakukan sehari-hari selain kegiatan formal (sekolah) adalah di asrama.
Dengan modernisasi pesantren dihadapkan mampu melahirkan sumberdaya manusia yang memiliki kepribadian yang holistic (insan kamil). Yaitu kepribadian yang memiliki keseimbangan lime aspek : spiritual, intelektual, social, dan emosional.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa model kepemimpinan PMDG bersifat transformasional, dimana seorang kiai dituntut untuk mampu mengkomunikasikan model manajemen yang akan dibangun kepada para staf dan stakeholder pondok, menarik partisipasi mereka, dan mampu membangun kekuatan intra pondok (santri dan guru) untuk menghadapi tuntutan public terhadap pondok yang menjadi tanggung jawab penuh kepemimpinannya. Bahkan wujud seorang kiai adalah sebagai penentu arah manajemen yang akan di laksanakan.
Maka bisa dikatakan bahwa manajemen Berbasis Pesantren (MBP) hampir mempunyai makna yang sama dengan MBS, mungkin ada beberapa hal yang membedakan, diantaranya mengengai ciri-ciri dan sifat pesantren dan lain-lain. Seperti yang telah dipaparkan para ahli pendidikan tentang pesantren sebagai berikut: Pesantren baru bisa disebut pesantren bila sudah memenuhi 5 syarat :
- Kiai pesantren: ideal kiai untuk zaman kini dan nanti.
- Pondok: mencakup syarat fisik dan non fisik, pembiayaan tempat, penjagaan, dan sebagainya.
- Masjid: cakupannya sama dengan pondok.
- Santri: syarat, sifat dan tugas santri.
- Kitab kuning: bila diluaskan akan menckup kurikulum pesantren dlam arti yang luas.

0 komentar: