My Ekspression

My Ekspression
Talk Less Do More

Minggu, 10 Mei 2009

KURIKULUM BARU DISESUAIKAN STANDAR ISI KOMPETENSI

KURIKULUM BARU DISESUAIKAN STANDAR ISI KOMPETENSI
Oleh admin
Minggu, 30 September 2007 20:43:12 Klik: 1357 Cetak: 57





Kurikulum Berbasis Komptensi yang disusun untuk menggantikan Kurikulum 1994 ternyata urung diberlakukan. Badan Standar Nasional Pendidikan menilai kurikulum tersebut lebih sarat dengan isi tanpa standar kompetensi yang jelas.

Ketua BSNP Bambang Suhendro, Kamis (9/2), menegaskan, tahun 2006 ini memang direncanakan ada pergantian kurikulum, tetapi penggantinya bukan KBK yang disusun 2004 itu.”Kurikulum yang baru nanti merupakan hasil kreasi dari guru-guru di sekolah berdasarkan standar isi dan standar kompetensi yang rencananya dikukuhkan dengan peraturan menteri akhir Februari 2006 ini,” ujar Bambang.Hal senada dikemukakan Djaali, Sekretaris BSNP. ”Terbitnya peraturan menteri tentang standar isi dan standar kompetensi itu kelak menandai diserahkannya kewenangan kepada guru untuk menyusun kurikulum baru,” kata Djaali.Pernyataan Bambang Suhendro dan Djaali tersebut membuyarkan spekulasi dan keresahan yang berkembang di masyarakat belakangan ini.Sebelumnya berkembang isu bahwa Kurikulum 1994 segera diganti dengan KBK. Masalahnya, sarana pendidikan dan kualitas guru masih terbatas, ditambah belum seimbangnya antara rasio guru dan murid.Bambang menjelaskan, kurikulum baru nantinya lebih memberdayakan guru untuk membuat konsep pembelajaran yang membumi sesuai kebutuhan dan kondisi sekolah. Dalam standar isi tercakup struktur, beban, dan jam pelajaran.Ia menambahkan, BSNP akan mengeluarkan panduan berupa kurikulum model. Dalam hal ini Pusat Kurikulum dan direktorat terkait sebagai fasilitator dan pendamping.Uji coba KBKKBK sendiri sejak lima tahun lalu telah mulai diujicobakan di hampir tiap provinsi. Di wilayah DKI Jakarta misalnya, sejumlah SD sudah mulai menerapkannya. Misalnya, SD Perguruan Universitas Negeri Jakarta, Jakarta Timur. ”Kalau memang KBK tak jadi diterapkan, tidak masalah. Sebab, tanpa KBK pun, pembelajaran di sekolah kami sudah berorientasi kompetensi,” komentar Dadang, guru agama di sekolah yang dikenal sebagai SD Labschool tersebut.Dadang berharap, dalam menyusun kurikulum baru tersebut Pusat Kurikulum dan instansi terkait benar-benar bisa memandu para guru sehingga tidak terjadi kesimpangsiuran.Di Jakarta Pusat sejak lima tahun lalu juga telah ditetapkan pilot project untuk penerapan sistem KBK ini. Salah satunya SDN Bendungan Hilir 05 Pagi, Jakarta Pusat. Namun, pihak sekolah mengaku masih kesulitan menemukan metode yang benar-benar pas, sebab belum ada petunjuk baku pelaksanaan KBK.Kepala SD Negeri Bendungan Hilir 05 Pagi, Sri Rochyani, mengakui, para guru meraba-raba teknik belajar yang cocok untuk KBK. Ia pun berharap hal itu tak terulang pada saat penyusunan kurikulum baru.Perlu bimbingan kaburnya konsep KBK selama ini hanyalah salah satu kendala di SD Bendungan Hilir 05 Pagi.

Guru kelas I, Wiwin Winati, mengaku bimbingan dari Dinas Pendidikan Dasar (Dikdas) DKI juga dirasa masih kurang bagi para guru untuk bisa memahami KBK secara utuh.”Penataran yang diadakan biasanya hanya satu-dua hari. Padahal di SD-SD yang sudah maju penataran serupa bisa berlangsung hingga tiga bulan,” katanya.Wiwin mengakui, acap kali guru masih terbawa konsep pembelajaran pola lama di era KBK.

Pola lama yang dimaksud adalah kegiatan belajar mengajar yang mengandalkan keaktifan guru di depan kelas. Komunikasi masih cenderung searah, sedangkan KBK menuntut keaktifan murid.Selain masih minimnya pemahaman guru terhadap konsep KBK, sebetulnya ada juga persoalan yang lebih mendasar, yakni ketersediaan akan sarana penunjang pembelajaran. Di banyak sekolah, sarana penunjang yang memadai belum terpenuhi.Jika SD Labschool dengan kelengkapan sarana fisiknya bisa tenang melaksanakan KBK, lain halnya dengan SD-SD negeri yang masih sangat mengandalkan bantuan dari Dinas Dikdas DKI.Di antaranya SD Negeri Kebon Kacang 01 Pagi, Jakarta Pusat. SD yang sebagian besar muridnya berasal dari keluarga lapisan ekonomi menengah ke bawah ini sudah menerapkan KBK sejak dua tahun lalu. Namun, langkah mereka masih tertatih-tatih karena sarana penunjang pelajarannya belum memadai.”Ke depan kami sangat berharap Dinas Dikdas membantu terutama dalam kelengkapan sarana,” kata Syahdinar, Kepala SD Kebon Kacang 01 Pagi.Ungkapan senada dikemukakan Haidir, guru sains di sekolah tersebut. Menurut Haidir, bantuan alat peraga IPA yang dijanjikan Dinas Dikdas DKI beberapa bulan lalu sampai sekarang belum juga terealisasi.”Padahal alat itu akan sangat membantu pembelajaran sains,” katanya.Beberapa SD swasta juga mengalami problem yang sama. Salah satu kendala awal di SD Muhammadiyah 24 Rawamangun, Jakarta Timur, adalah belum tersedianya buku-buku pelajaran sesuai KBK.Selain itu sistem penilaian juga masih perlu disesuaikan. Saadin, wakil kepala SD tersebut menuturkan, rapor yang dipakai KBK sudah dilengkapi poin-poin penilaian tambahan. Misalnya, untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia ada poin mendengarkan, menulis, dan membaca.”Sedangkan kami belum menerima rapor macam itu. Jadi, belum bisa menerapkan penilaian KBK seratus persen,” paparnya. (NAR/*) Kompas Jumat, 10 Februari 2006

Catatan : Kompas Jumat, 10 Februari 2006
http://www.diknas-padang.org/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=12&artid=122
Pada Tanggal 6 Mei 2009, pukul 21.30

0 komentar: